I. PENDAHULUAN
Berbagai bidang ilmu memusatkan perhatian masing-masing untuk memahami manusia. Misalnya, Biologi mencoba memahami manusia dari sudut biologisnya, psikologi mencoba melihat manusia dari sisi perilakunya, dan masih banyak lagi lainnya.
Kami mencoba untuk mengkaji sistem konseptual mengenai struktur sosial dalam kaitannya dengan agama, yaitu dengan cara membahas cara-cara yang telah dilakukan secara berbeda oleh sejumlah ahli antropologi dalam melihat hubungan fungsional antara struktur sosial, dan agama dalam cara mereka melihat hubungan antara struktur sosial dengan kenyataan sosial.[1]
Kami akan membagi pembahasan makalah ini dalam tiga judul. Pertama adalah mengenai pengertian struktur itu sendiri, kedua adalah bagian pokok atau isi, dan yang ketiga adalah kesimpulan yang akan kami simpulkan secara singkat, padat, dan jelas.
II. Pengertian Strukturalisme
Strukturalisme merupakan suatu gerakan pemikiran filsafat yang mempunyai pokok pikiran bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai suatu struktur yang sama dan tetap.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang strukturalisme maka ada baiknya untuk menyimak pemikiran Claude Lévi-Strauss. Claude Lévi-Strauss adalah seorang antropolog sosial Perancis dan filsuf strukturalis. Ia lahir di Brussels, Belgia, pada 28 Nopember 1908 sebagai seorang keturuan Yahudi.
Sesungguhnya pendidikan formal dan minat Lévi-Strauss pada awalnya bukanlah Antropologi. Ketertarikannya terhadap antropologi bermula dari membaca buku Robert Lowie, dan saat itulah ketertarikannya akan dunia antropologi muncul. Akhirnya, Levi-Strauss semakin jelas berpaling kepada antropologi ketika mengajar di Sao Paulo, Brazil, dan melakukan studi antropologi yang lebih luas di pusat Brazil.[2]
Teori struktural atau biasa disebut saja dengan strukturalisme, adalah sebuah aliran pemikiran yang berpengaruh dalam khazanah pemikiran Barat. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin structure (membangung), structura berarti bentuk bangunan dan ditambahi kata –ism menjadi sebuah paham atau aliran.[3] Jadi secara terminologi strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu bangunan yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakt dan ilmu kemanusiaan.
Teori strukturalisme pada intinya berpendapat bahwa dalam segala keanekaragaman budaya tentu ada sebuah struktur pembentuk yang sifatnya universal, sama dimanpun dan kapanpun.
III. Pendekatan Strukturalisme Terhadap Agama
Levi-Strauss mengatakan bahwa antropologi struktural adalah suatu jenis mite.[4] Itulah inti dari teori strukturalisme menurut pendapat Levi-Strauss. Penjelasan ini juga menjadi dasar bagi cara dimana ia membicarakan fenomena manusia yang hampir membingungkan, yaitu mite. Levi-Strauss memulai analisis mitenya dengan definisi yang sederhana. Mite adalah sesuatu yang mengisahkan sebuah cerita. Tidak seperti puisi, dimana kata individual semuanya penting, dalam mite yang menjadi masalah adalah cerita, bukan kata. Dengan kata lain mite merupakan usaha untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang sulit dipahami[5]. Dengan demikian mite, menurut Levi-Strauss tidak seperti puisi, tidak diterjemahkan dengan baik.
Dengan demikian, mite-mite menurut Levi-Strauss pada hakikatnya terdiri dari pengisahan cerita. Mite-mite tersebut menghubungkan urutan kejadian-kejadian itu sendiri dan dalam detail yang menyertainya. Jadi mite-mite tersebut selalu terbuka untuk diungkapkan ulang dan khususnya menyadarkan diri pada terjemahan. Dengan kata lain mite dapat dikisahkan ulang dalam kata-kata lain.[6]
IV. Kesimpulan
Pada bagian ini saya akan sedikit memberikan kesimpulan atas hasil pemaparan makalah ini. Ada dua hal yang ingin kami tekankan. Pertama, yaitu bahwa argument utama strukturalisme adalah bahwa dalam setiap budaya terdapat sebuah struktur yang universal, sama dimanapun dan kapanpun. Banyak penelitian yang menggunakan teori strukturalisme tersebut. Tujuannya untuk memahami pola dalam kebudayaan.
Kedua, mengenai mitos. Sebuah mitos tetap dipahami sebagai mite, karena substansi mite tidakdiketemukan baik dalam gaya, melainkan dalam sejarah (kisah) yang disitu diceritakan.
Daftar Pustaka
Levi strauss Claud, Antropologi Struktural, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2005
http://dc141.4shared.com/doc/7apyrv1s/preview diunduh pada Jum’at, 20 april 2012 pada pukul 10.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Strukturalisme diunduh pada Jum’at, 20 april 2012 pada pukul 10.00
R. Badcock. Christopher, Levi Strauss: Strukturalisme & Teori Sosiologi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006
http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/31/strukturalisme-levi-strauss/ diunduh diunduh pada Jum’at, 20 april 2012 pada pukul 10.00
[1] http://dc141.4shared.com/doc/7apyrv1s/preview.
[2] http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/31/strukturalisme-levi-strauss/
[4] Cristopher R. Badcock, Levi Strauss: Strukturalisme & Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 145
[5] Claud Levi strauss Antropologi Struktural (Kreasi Wacana: Yogyakarta, 2005), h.277
[6] Cristopher R. Badcock, Levi Strauss: Strukturalisme & Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 73-74