Laman

Fitri Astuti Perbandingan Agama 3

Fitri Astuti Perbandingan Agama 3
Blog ini dibuat sebagai bahan pembelajaran saya pada Mata Kuliah Hinduisme

Rabu, 12 Desember 2012

Kumpulan Makalah


Sad Darsana
Filsafat Nyaya tentang Tuhan dan Kelepasan
Moh. Sandiawan
1111032100048

I.     PENDAHULUAN

          Telah kita ketahui aliran filsafat Nyaya  tergolong kedalam kelompok filsafat Astika (Ortodok) yakni filsafat yang mengakui kedaulatan dan kebenaran Weda. Sesungguhnya Nyaya membicarakan tentang Filsafat dan metode untuk mengadakan penelitian kritis dan logis
          Maka setidaknya itulah yang melatarbelakangi penulis makalah ini untuk mengutarakan secercah pengetahuan tentang filsafat Nyaya yang merepresentasikan pada sebentuk Tuhan dan Kelepasan.

II.   FILSAFAT NYAYA

          Jika ke empat system pemikiran india lainnya (samkhya,yoga,purva- mimamsa dan vedanta) adalah bersifat spekulatif, Dalam arti bahwa mereka menjelaskan alam-semesta sebagai satu kesatuan menyeluruh, maka sistem nyaya-vaishenhika mewakili tipe filasafat analisis serta menjungjung tinggi akal sehat dan sains. Ciri khas system nyaya adalah penggunaan metode sebagai sains,yakni pemeriksaan logis dan kritis, mereka mencoba untuk mengembalikan subtansi-subtansi tradisional, jiwa di dalam diri dan alam (nature) di luar diri, tanpa semata-mata berdasarkan otoritas. Kaum nyaya mengakui kebenaran segala sesuatu berdasarkan akal-budi (reason). Yang membedakan system nyaya dari system lainnya adalah perlakuan kritis terhadap masalah metafisika. Vacaspati mendefinisikan tujuan nyaya sebagai pemeriksaan kritis atas objek pengetahuan melalui pembuktian logis. Sistem nyaya sebenarnya juga menjelaskan mekanisme pengetahuan secara mendetail serta beragumen melawan skeptisisme yang menyatakan bahwa tidak ada yang pasti[1].
          Sistem ini sejak lama diperlakukan sebagai bagian dari satu keseluruhan, system vaisheshika dipakai untuk melengkapi system nyaya,dan banyak sutras dalam sistem nyaya mengandaikan system vasheshika.Menurut Jacobi, “penyatuan kedua system ini sudah mulai sejak awal dan mencapai puncaknya pada saat nyayavarttika ditulis.
          Sejak dahulu kala, filsafat nyaya sudah mendapat penghormatan besar.Bahkan Manu sendiri memasukkannya dalam katagori surti. Yajnavalkya menganggapny sebagai salah satu dari ke-empat ruas weda. Dalam studi klasik tentang hinduisme, terdapat lima subjek, yakni sastra (kavya),drama (namaka),retorika (alamkara),logika (tarka), dan tata bahasa (uyakarana).Setiap system filsafat hindu menerima prinsip dasar logika nyaya.Jadi,system nyaya berfungsi sebagai sebuah pengantar bagi semua filsafat sistematis.[2]

II. Ruang lingkup Nyaya

       Secara harfiah, kata “Nyaya” berarti sarana yang membimbing pikiran untuk mencapai suatu kesimpulan. Kata Nyayalantas menjadi setara dengan ‘Argumen”,karena itu system filsafat yang menggunakan argument secara menyeluruh disebut filsafat nyaya. Secara popular, nyaya berarti ‘benar’ atau ‘lurus’,sehingga nyaya menjadi sains tentang penalaran yang benar.Dalam arti sempit, ‘nyaya’ berarti penalaran silogistis,sedangkan dalam arti yang luas , ‘nyaya berarti peme-riksaan objek melalui bukti-bukti dan menjadi sebuah sains pembuktian atau pengetahuan yang benar.Semua pengetahuan mengimplikasikan empat kondisi :
1.     Subjek pengenal (pramatr)
2.    Objek (prameya)
3.    Kondisi hasil dari pengenalan (pramiti)
4.    Sarana pengetahuan (pramana)
Setiap tindakan sah atau tidak sah, melibatkan tiga unsure, yakni : subjek pengenal,isi apa yang disadari oleh subjek,dan hubungan pengetahuan antara keduanya,yang dapat dibedakan walaupun tidak dapat di pisahkan.Hakikat pengetahuan sebagai sah atau tidak sah tergantung pada unsure ke-empat yakni ‘pramana’[3].
         Filsafat nyaya bukan hanya mempertanyakan cara serta sarana yang dipakai oleh pikiran manusia untuk mengerti dan mengembangkan pengetahuan,tetapi juga menafsirkan fakta-fakta logis dan mengungkapkannya dalam rumusan yang logis. Pramana lantas menjadi ukuran pengetahuan melalui mana kita dapat memeriksa dan mengevaluasi pengetahuan yang sudah ada di dalam diri kita. Karenanya, logika adalah sains pembuktian atau pengukuran bukti.Masalah kebenaran memiliki dampak penting bagi teori metafisika. Sistem nyaya merupakan sebuah metafisika tentang realitas.Jadi, ia bukan hanya merupakn logika formal semata, tetapi juga sebagai sebuah epistemology penuh,yang menggabungkan diskusi tentang psikologi,metafieika gan teologi.

III. Subtansi dan Katagori
       Filsafat nyaya mulai dengan pustulat bahwa semua pengetahuan secara hakiki atau kodrati menunjuk pada sebuah objek di luar dirinya dan bersifat mandiri. Objek-objek ini bukan hanya bersifat mandiri,lepas dari pengetahuan, tetapi juga lepas dari satu sama lainnya,dokri ini dapat digambarkan sebagai realisme plualistis. Namun kita tidak dapat mengasumsikan bahwa data pengetahuan adalah tidak berhubungan satu sama lainnya.Keragaman benda-benda yang dialami dapat dibagi menjadi dalam kelompok-kelompok yang disebut ‘subtansi’. Nyaya-vaishehika membagi subtansi menjadi Sembilan macam yakni :
1.     Tanah (prithivi)
2.    Air (apah,jala)
3.    Api (tejas)
4.    Udara (vayu)
5.    Eter (akasha)
6.    Waktu (kala)
7.    Ruang (dik)
8.    Diri (atman)
9.    Pikiran (manas).Kesembilan subtansi ini bersama-sama dengan berbagai sifat dan hubungannya menjelaskan seluruh semesta alam.
                   Subtansi-subtansi di atas tidak dengan sndirinya selu amenjelaskan menjelaskan seluruh alam semesta, namun hanya berfungsi sebagai kerangka- kerja.Dalam objek individual dalam alam, system nyaya-vasheshika meletakkan objek dalam enam katagori berbeda yakni :
·         Kualitas (guna)
Katagori ini mencakup 24 gunas, yakni warna (rupa),rasa (rasa),bau (gandha),sentuhan (sparsa),angka (sankhya),ukuran (parimiti),perbedaan (prthaktva),hubungan (samyoga),pemisah (vibhaga),kedekatan (paratva),berat (gurutva),kecairan (daravatva),kekentalan (sneha),suara (sacda),pengetahuan (buddhi),keinginan (iccha),kebencian (dvesa),usaha (yatna),kebaikan/jasa (dharma),keburukan (adharma),dan kesan laten (samskara).
·         Tindakan atau macam-macam gerak (karma)
Yang berhubungan dengan unsure dan kualitas, namun uga memiliki realitas mandiri,ada lima macam gerak yakni : ke atas, ke bawah, mendatar,mengerut, dan mengembang.
·         Universalia (samanya)
Aspek objek yang memberikan label secara umum menurut sipat yang paling umum, imi agak mirip dengan idenya plato. Seperti contoh “ ide ‘kesapian’ adalah tunggal dan tidak dapat dianalisis. Ide itu selalu hidup,tetapi tidak dapat dimengerti melalui dirinya sendiri,namun hanya melalui dengan se ekor ‘sapi’ dan kesapian dipahami sebagai dua entitas berbeda.
·         Individualitas (visesa)
Katagori ini menunjukkan ciri atau sifat yang membedakan sebuah objek dari objek lainnya.
·         Hubungan niscaya (samavaya)
Dimensi objek ini menunjukkan hakekat hubungan yang mungkin kalitas-kulitasnya yang inheren.
·         Penyangkalan,negasi,non-eksistensi
Katagori ini menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau larut dalam partikel subatomic terpisah melalui pelarutan universal dan ke dalam ketiadaan.

System nyaya menerima empat sumber pengetahuan : persepsi,penyimpulan,analogi dan bukti terpercaya.

Ada juga nyaya mengajarkan ada empat cara atau alat untuk mencari atau mendapatkan pengetahuan yang benar yakni :
1.     Sabda pramana dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
·         Kesaksian yang diberikan oleh orang yang dapat dipercaya karena keluhuran dank e tinggian budi nya yang dinyatakan dalam kata-katanya yang di sebut pula laukita.
·         Kesaksian atau kebenaran weda,nyaya menyakini bahwa weda merupakan wahyu tuhan,maka kesaksian kitab weda dipandang sbagai kesaksian yang sempurna serta tidak dapat dibantah kebenarannya (weda merupakan kebenaran yang mutlak)
2.    Upamana pramana yaitu mendapatka pengetahuan yang benar dengan objek yang dilihat kemudian,
Cintoh : seseorang yang tidak tahu dengan binatang singa.
Dari seorang zoolog dia mendapatkan keterangan bahwa singa itu bentuknya menyerupai anjing namun muka dan kepalanya kelihatan lebih garang.pada suatu ketika orang yang mendapat keterangan tentang nama (sebutan) singa itu berjumpa dengan binatang serupa anjing di kebun binatang,maka dia dapat membandigkan keterangan yang dia terima dengan binatang yang dilihatnya serta dapat meyakini bahwa binatang tersebut adalah singa.
Dengan menghubungkan sedemikian rupa akhirnya seoarang memiliki pengetahuan yang benar tentang suatu binatang. Cara seperti ini berlaku pula pada objek-objek yang lain.[4]
3.    Anunama pramana yaitu cara mendapatkan pengetahuan yang benar denagn penyimpulan dari suatu peristiwa.
Contoh :ditempat jauh dari kita dapat melihat ada asap mengepul.maka dapat kita simpulkan bahwa sebelum asap itu tentu ada sesuatu yang terbakar oleh api.
4.    Pratyaksa pramana merupakan cara mendapatkan pengetahuan denagn pengamatan langsung.alat yang dipakai untuk mengamati sesuatu dibedakan menjadi dua yaitu :
·         Pengamatan melalui panca indera.
·         Pengamatan yang bersifat transenden atau yang luar biasa.
Contoh:  seorang yogi dapat mengetahui sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera orang biasa.ini disebabkan karna seorang yogi dapat berhadapan dengan sasaran yang mengatasi indera manusia.kekuatan seperti itu dimiliki karna menguasai dan menghubungkan prana pada dirinya dengan prana makrokosmos.Umpamanya : seutas tali disangka se-ekor ular.Kesalahan bukan terletak pada objek atau sasaran yang disajikan yaitu “seutas tali” sebab objek /atau sasaran itu benar-benar ada.Kesalahan ada pada keterangan tambahan atau keterangan sifatnya (disangka ular).Sekali demikian harus di ingat bahwa ular benar-benar ada,hanya saja mungkin di tempat lain bukan waktu orang melihat seutas tali tadi.  Jadi kesalahan terletak pada perbuatan member corak/sifat kepada sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki oleh sesuatu yang diamati.[5]

IV. TUHAN
        Karena nyaya menyakini keberadaan weda, maka penganut nyaya (naiyayika)percaya akan adanya tuhan dan tuhan disamakan denagn siwa.Untuk membuktikan adanya tuhan nyaya mengemukakan dua macam pembuktian tentang tuhan yaitu
a)   Bukti Kosmologi
Pembuktian ini menyatakan bahwa dunia ini adalah akibat dari suatu sebab. Oleh karena itu tentu ada sebab yang pertama dan utama.sebab itulah tuhan. Tidak ada sebab pertama kecuali tuhan karena segala sesuatu yang diketahui oleh manusia memiliki kemampuan yang terbatas selain tuhan.tidak ada sesuatu sebagai penciptanya sendirikecuali tuhan.
b)   Pembuktian teologis
Pembuktian ini menyatakan bahwa di dunia ini ada suatu tata tertib dan atura tertentu sehingga dunia ini menampakkan suatu rencana yang berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu. Tentu ada yang mengadakan rencana dan tujuan tersebut.yang mengadakan itulah tuhan.

Tuhan disebut juga paratman karena tuhan termasuk golongan jiwa tertinggi yang bersifat kekal abadi, berada dimana-mana. Memenuhi alam dan merupakan kesadaran agung.
Nayan juaga meyakini kebenaran huku karma sehingga menyatakan bahwa mahluk-mahluk di dunia terikat akan haasil usahanya (karmanya).Setiap mahluk hidup tentu berbuat sesuatu demi hidupnya. Dan ini akan menimbulkan suatu ikatan.Karena keterikan itu menyebabkan jiwatnya menjadi terbelenggu oleh hasil karmanya yang akhirnya mengakibatkan mahluk meengalami suka dan duka (derita).Jiwa mengalami kelahiran selama jiwatnya itu terikat akan pahala karma.selain itu pula jiwatma akan menglami kelahiran .hal itu disebabkan karena ketidak tahuan (awidya)terhadap kebenaran sejati.


V. KELEPASAN
          Kelepasan merupakan tujuan dari mahluk (manusia).Kelepasan akan dapat dicapai denagan melalui pengetahuan yang benar dan sempurna. Pengetahuan itu akan didapat dari tuntunan tuhan melalui ajarannya. Sebagai wujud dari kelepasan iyalah terbebasnya jiwatma dari kelahiran kesenangan maupun penderitaan.
Agar kelahiran dan penderitaan terhenti maka hendaklah aktifitas (kerja)dihentikan sehingga terwujudlah kelepasan yaitu suatu keadaan yang tidak terikat akan karma ataupun phala karma.Untuk menghentikan aktifitas maka orang harus melandasi hidupnya dengan pengetahuan kebebasan sejati sehigga dengan pengetahuan itu orang akan bebas dari ketidak tahuan yang menyebabkan orang menjadi sadar dan bebas dari keinginan,kesalahan dan penyelewengan.Dengan demikian jiwatma akan bebas dari kerikil derita,tercapailah kelepasan.   
      




Daftar pustaka

I adiputra gede rudia. Tattwa Darsana : Yayasan Darsa Sarathi Jakarta : 1990
Ali matius. Filsafat india sebuah pengantar hinduisme & buddhisme :  sanggar luxor cet ke-1 2010
Hadi wijono,harun.sari filsafat india. Gunung mulia.cet 3 ke-1 1979
Ali,mukti.agama-agama di dunia.yogyakarta : IAIN sunan kalijaga press. Cet ke-1 1988
Schade,Johannes p. Encyclopedia of word religion.New York : concord publishing.2006

















[1] Matius ali. Filsafat india (sebuah pengantar hinduisme & buddhisme). (sanggar luxor,2010).h.31-32

[2] Matius ali. Filsafat india (sebuah pengantar hinduisme & buddhisme). (sanggar luxor,2010).h.32-33
[3] Vatsyayana mendefinisikan ‘pranama’ sebagai sarana atau instrument pengetahuan : uddhyotakara menyebutkan ‘penyebabnya pengetahuan’ (upalabdhiheru).Fungsi subjek pengenal dan objek hanya terpenuhi dengan mengaktifkan pranama : sementara pramana tidak terpenuhi fungsinya, kecuali dengan mengaktikafkan pengenalan,jadi pramana dianggap sebagai penyebab pengenalan yang sebenarnya.lihat Matius ali. Filsafat india (sebuah pengantar hinduisme & buddhisme)h.34
[4] Gede rudia adiputra (tattwa darsna,yayasan darsa sarathi)h.22
[5] Dr.Harun wijono.sari filsafat india (gunung mulia,1979)cet 3 h.58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar