Sad Darsana
(Filsafat Samkya )
Arif Hidayat
111103210044
1.
Pendahuluan
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya
menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan
Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia
yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang telah
terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang
ke filsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa Sanskerta filsafat India ini dikenal
dengan istilah Sad Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa
yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai
kebenaran dan kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).[1]
Kata Darshanasendiri berarti
“Melihat”, “pengelihatan” atau “pandangan” Dalam ajaran Filsafat Hindhu darshana berarti “Pandangan tentang
Kebenaran”
Sad darshana berarti enam pandangan tentang kebenaran yang mana merupakan dasar dari
filsafat Hindu.Adapun pokok pokok ajaran Sad
darshana antara lain:
1.SAMKHYA
2.YOGA.
3.MIMASA,
4.NYAYA,
5.WAISISEKA,dan
6.WEDANTA.[2]
Namun dalam makalah ini kami hanya mencantumkan pengertian dari filsafat
sankhya saja karena pembahasan mengenai filsafat lainnya akan dibahas dalam
pembahasan lain.
Adapun pengertian dari kata Sankya berarti ”Pemantulan”, yaitu pemantulan
falsafati. Oleh karenaitu aliran ini mengemukakan bahwa orang dapat
merealisasikan kenyataan terakhir dari filsafat ini dengan pengetahuan.
Pembangun konsep dari filsafat ini adalah Rsi Kapila yang diperkirakan
hidup pada zaman sebelum Buddha.Sistem filsafat Samkhya kadangkala dinamakan pula dengan istilah Nir Iswara Samkhya tidak menyebut nama
Tuhan. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Kapila adalah karenaTuhan itu
sulit untuk dibuktikan. Inilah suatu pernyataan yang menarik untuk
diperbincangkan karena Samkhya mengakui
adanya Purusa (roh) sebagai asas tertinggi. Cukup banyak penulis yang
menyinggung tentang Samkhya dan dapat
kita nikmati sampai detik ini, salah satunya adalah Samkhya Karika yang ditulis oleh Iswarakresna.[3]
2.
Konsep Purusa dan Prakerti
Ajaran pokok dari samkhya ialah bahwa adanya dua zat asasi yang bersama-sama
membentuk realitas dunia ini yaitu purusa
dan prakrti, roh dan benda atau asas
rohani dan asas bendani .[4]
Purusa adalah asas bendani yang kekal, yang berdiri sendiri
serta tidak berubah, berbeda dengan upanishad,
samkhya tdak mengakui adanya satu roh atau satu jiwa yang bersifat
universal atau umum, yang kemudian dengan bermacam-macam.
Sekalipun purusa tidak dapat diamati,
namun ada dengan nyata hal ini dibuktikan dengan:
1. Susunan alam
semesta Menunjukan, bahwa beradanya alam semesta alam itu tentu bukan demi
kepentingan diri sendiri, melainkan demi kepentingan sesuatu yang berbeda
dengan alam semesta itu sendiri. Hal ini dapat disamakan dengan tempat tidur
itu sendiri, melainkan demi kepentingan orang yang akan menidurinya.
Demikianlah dunia berada bukan demi kepentingan dunia sendiri, melainkan untuk
kepentingan yang bukan bukan dunia, yang bukan benda yaitu roh, purusa.
2. Segala manusia
berusaha untuk mendapatkan kelepasan. Hal ini mengharuskan kita menyimpulkan, bahawa
tentu ada sesuatu yang dapat mendapat kelepasan itu yang tentu bukan yang
bersifat badani yaitu purusa.
3. Tiap hal yang
ada, berada secara sendiri-sendiri, artinya dilahirkan sendiri, mati sendiri,
memiliki organismenya sendiri dan seterunya.yang jika disimpulkan banyak sekali
individu, ada banyak sekali purusa.
Mengenai prakrti
diuraikan bahwa prakrti atau asas bendani adalah sebab pertama alam semesta, yang
terdiri dari unsur-unsur kebendaan dan kejiwaan atau psikologis. Sama halnya
dengan purusa, prakerti juga tidak
dapat diamati, namun nyata-nyata ada. Bahwa prakerti
ada dengan kesimpulan yang diambil dari pertimbangan – pertimbangan
berikut:
1. Tiap hal yang
ada di dalam dunia berifat terbatas. Apa yang bersifat terbatas bergantung
kepada sesuatu yang tidak terbatas, dan yang berdiri sendiri, yang menyebabkan
adanya hal-hal yang terbatas itu. Adapun yang bersifat tidak terbatas ituadalah
prakrti.
2. Tiap hal
memiliki sifat-sifat tertentu yang juga dimiliki oleh segala sesuatu yang
lain.sifat-sifat itu umpamanya: kesenangan dan kesusahan. Hal ini menunjukan
bahwa ada satu sumber bersama yang mengalirkan sifat-sifat itu. Sumber itu
adalah prakrti.
3. Segala akibat
timbul dari aktifitas suatu sebab aktifitas yang menyebabkan dunia ini tentu
berasal dari suatu sebab pertama.yaitu prakrti.
4. Suatu akibat
tidak mungkin menjadi sebabnya sendiri. Oleh karena itu tentu ada suatu sebab
asasi. Yang menyebabkan adanya segala macam akibat itu. Sebab asasi itu tidak
lain adalah prakrti.
5. Alam semesta
mewujudkan suatu kesatuan . adanya suatu kesatuan mewujudkan adanya suatu sebab
yang menyatukan. Yaitu prakrti.[5]
Menurut ajaran Samkhya ada tiga
sumber pengetahuan yang benar (Tri Pramana). yaitu Pratyaksa (pengamatan
langsung), Anumana (didasarkan atas kesimpulan), dan Sabda pramana
(pernyataan). Tentang pengetahuan yangdidapat atas dasar Sabda dapat dibagi dua
yaitu Laukika = kesaksian yang
diberikan oleh orang yang dapat dipercaya; Waidika
= kesaksian Weda.
Di dalam etika Samkhya tidak
membedakan seseorang atas golongannya untuk mempelajari kitab suci Weda. Setiap
orang dianjurkan untuk mengendalikan pikiran agar terjadi keseimbangan di dalam
dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut Samkhya
pribadi yang tampak bukanlah pribadi yang sebenarnya melainkan khayalan,
pribadi yang sesungguhnya adalah purusa
atau roh itu sendiri.
Tujuan akhir dari ajaran Samkhya adalah
kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila ia menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran,
perasaan dan badan jasmani. Bila seseorang belum menyadari akan hal itu, maka
ia tidak akan dapat mencapai kelepasan. Akibatnya ia mengalami kelahiran yang
berulang – ulang (samsara/punarbhawa).
Jalan untuk mencapai kelepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan
kerohanian yang terus – menerus untuk merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti dan cinta kasih terhadap semua mahluk (tatwam asi). Dengan demikian Samkhya menekankan pada jalan jnana dalam wujud wiweka [6] dan
kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari
jebakan prakerti (tri guna).
Filsafat
Samkhya http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/
samkhya-yoga/ fil safat-samkhya/
Intisari
Sad Darshana Dan Hubungannya dengan Sistem Ilmu Percandian Dalam Dunia
Arkeologi http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html
Hadiwijono,
Harun 1985, Sari Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang.
Suparta, Ardhana . Sejarah
perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002
[1] Di akses dari http://mahabhrata.wordpress.com/mahabharata/bhagawadgita/samkhya-yoga/filsafat-samkhya/ padatanggal 18
oktober 2012
[2] Diakses dari http://bayuarkeologjawa.blogspot.com/2011/11/intisari-sad-darshana-dan-hubungannya.html pada tanggal 18
oktober 2012
[3] Harun, Hadiwijono, Sari
Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985 .h 65
[4] Ardhana Suparta. Sejarah perkembangan
AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002. h. 43
[5]HarunHadiwijono,Sari
Filsafat India, Jakarta, BPK Gunung Mulia Kwitang, 1985. h. 68
[6] Wiweka
adalah perilaku yang hati-hati dan penuh petimbangan artinya tidak pernah
ceroboh dalam bertindak. Wiweka selalu mempergunakan akal sehat dan pikiran
yang fositif, serta selalu mengutamakan perbuatan yang baik dan menghindari
perbuatan yang tidak baik. Perilaku seperti ini patut diikuti dan dilaksanakan
oleh umat Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar