I. Kerajaan Maurya
Kerajaan Maurya didirikan oleh Chandragupta.
Kerajaan ini membentang dari Benggali hingga Hindu Kush, dan menyatukan seluruh
daratan di India Utara. Chandragupta mengambil alih kekuasaan di Maghada
pada 321 SM.[1]
Perlu diketahui bahwa Maghada termaksud salah satu dari
kerajaan-kerajaaan Arya. Kerajaan-kerajaan Arya yang terberita dimasa itu ialah
Gandhara, Kosala, Kasi dan Maghada.
Raja-raja Maghada yang terkenal ialah Sisunaga
(642 SM), Bimbisara (582 SM) dan Ajatasatru (554 SM). Bimbisara
memperluas kerajaan Maghada dan menaklukan kerajaan-kerajaan yang
dikelilinginya. Sejak abad ke 5 SM sejarah kerajaan Maghada tidak begitu terang
lagi.
Salah seorang dari keturunan Bimbisara yang tidak
begitu besar lagi kuasanya dibunuh dan diganti oleh mentrinya, bernama Mahapadma
Nanda dari golongan Sudra. Raja itulah asal keluarga Nanda yang
berketurunan 9 orang raja yang berturut-turut memerintah Maghada sampai tahun
322 SM. Pada tahun itu Nanda dibunuh oleh Chandragupta. Menurut dugaan
adalah ia seorang keturunan Nanda juga, akan tetapi kawin dengan perempuan dari
kasta rendah.
Dengan Chandragupta mulailah riwayat
kerajaan-kerajaan di India terang dan dapat di tentukan. Diwaktu pemerintahan
raja itu Maghada berhasil merebut kuasa yang seluas-luasnya. Akan tetapi
terjadilah suatu peristiwa yang besar akibatnya untuk seluruh India, yaitu
penyerbuan Iskandar Zul Karnain.
Invansi Iskandar Zul Karnain
Iskandar Zul Karnain adalah seorang raja dan panglima besar Yunani
yang mashur dalam sejarah Barat purbakala. [2] Misi Iskandar Zul Karnain
untuk menguasai daerah dilatarbelakangi oleh keinginan dari ayahnya untuk
menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di Yunani dan wilayah Asia. [3] Waktu masih muda ia
mendapat pendidikan yang luas, bukan dalam keperajuritan saja, melainkan dalam
ilmu filsafat. Gurunya ialah ahli filsafat Yunani yang mashur Aristoteles
(384-322 SM).
Menurut berita Iskandar mula-mula tidak
menghadapi perlawanan dalam negeri-negeri yang didudukinya. Di antara
negri-negri yang terkenal ialah negri Takkashila (Texila). Ia
menyebrangi hulu sungai dan memasuli Punjab. Ketika melalui sungai Jhilam, Iskandar
menhadapi perlawanan hebat yang belum pernah dialami dalam tujuh tahun sejak ia
menyerbu ke Asia. Tatkala sampai ditepi sungai jhilam, raja negri poros telah
siap sedia menantikan kedatangannya. Semuanya membawa persenjataan lengkap.
Namun kemudian raja Poros terpaksa menyerah karena banyak menelan korban
dan luka-luka yang sangat parah.
Perjalanan pun kembali diteruskan, akan tetapi
setelah tiba ditepi sungai Bias, bala tentaranya mogok danmenyatakan tidak
sedia berperang lagi, melainkan hendak pulang kenegri Yunani yang sudah 7 tahun
ditinggalkan mereka. Untuk memenuhi permintaan tentaranya, Iskandar memutuskansupaya
perang di India segera diselesaikan pada saat itu juga. Sebelum kembali ke
Yunani, Ia mendirikan 12 candi sebagai simbol peringatan dan ucapan terima
kasih kepada dewa-dewa. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 326 SM.
India terlepas dari genggaman kerajaan Yunani
saat Iskandar Zul Karnain meninggal. Tidak lama setelah Iskandar wafat
kerajaan yang belum kokoh dan terpadu itu mulailah runtuh dan pecah.
Bagian-bagiannya dikuasai oleh panglima-panglima perangnya. Dalam tiga tahun
saja daerah-daerah India yang ditaklukan itu dapat merebut kemerdekaannya
kembali. Dan dengan itu pula lenyaplah pengaruh penjajahan Yunani di India,
sebab tidak berakar dalam hidup masyarakat dan lembaga-lembaganya. Iskandar seolah-olah
dapat dibandingkan dengan suatu bintang berekor yang cermelang, menakjubkan dan
menggemparkan sebentar, akan tetapi lenyap juga dengan tidak meninggalkan
bekas-bekas apapun.
Pemerintahan Raja-Raja Maurya
Sejak terdengar kabar wafatnya Iskandar, penduduk
negri itu langsung bertindak merebut kemerdekaannya dengan di pimpin oleh Chandragupta.
Sudah diterangkan di atas bahwa Chandragupta merupakan keturunan raja
Nanda di Maghada, yang dibuang keluar negrinya dan lari ke India Utara.
Menurut cerita dari pihak kaum Jaina raja
Chandragupta pada suatu waktu menarik diri dari pemerintahan dan menjadi
pengikut Jaina, sesudah terjadinya kelaparan yang hamper 10 tahunlamanya sebab
ia merasa berdosa terhadap rakyatnaya. Ia diganti oleh putranya Bindusara (298
– 272 SM).
Riwayat raja ini tidak begitu terang. Hal yang
tentu ialah bahwa raja itu pertama kali memerangi bangsa-bangsa didaerah Deccan
di India Tengah. Ia diganti oleh putranya yang kelak mendapat nama yang mashur
dalam sejarah India, ialah Asoka (272 – 232 SM). Ia mengganti bapaknya ketika
masih muda, akan tetapi penobatannya bari dirayakan empat tahun kemudian.
Berlainan dengan nenek dan bapaknya ia ternyata seorang lemah lembut, peramah
dan suka berbakti, setia kepada agama dan amat mengasihi rakyatnya.
Ditahun 249 SM atau 24 tahun semenjak Asoka
menjadi raja, baginda mengunjungi semua tempat-tempat suci yang bersangkutan
dengan hidup dan pengajaran Gautama Budha. Kota-kota itu ialah Kapilavastu
(tempat lahir Budha), Sarnath dekat benares (tempat buda pertama kali
menyebarkan agamanya), Sravasthi, Gaya (tempat pohon bodhi yang suci) dan
Kusinegara (tempat wafatnya). Ditempat itu baginda member sedekah dan
memnerikan tanda-tanda peringatan yang sampai sekarang amat berarti bagi ilmu
sejarah.
Dengan resmi Asoka meninggalkan agama Barahma dan
memeluk agama Budha. Kemudian baginda masuk bhiksu (reshi). Dari sikap ini
teranglah bahwa agama Budha dizaman itu mendapat kedudukan sebagai agama
kerajaan. Atas titah raja Asoka didirikan lebih kurang 48.000 buah stupa. Yang
masih ketinggalan adlah stupa yang mashur di Sanchi (India Tengah), dekat ibu
Negara provinsi yang dibawah pemerintahannya dulu. Untuk anaknya putrid Charumati yang sungguh
berbakti didirikan oleh raja beberapa Wihara atau asrama bagi kaum wanita,
terutama dibagian Nepal. Diwaktu pemerintahan Asoka seluruh Indi dapat
disatukan. Hanya bagian ujung Selatan dan sailan yang belum takluk kepadanya.
Kepulauan Sailan dikirim utusan-utusan untuk mengajarkan ahama Buddha. Sejak
itu dari pulai itu tiap-tiap tahun berates-ratus orang datang ziarah kedaerah
Benares. Dari zaman Asoka sampai sekarang pulai Sailan adalah suatu pusat
pertahanan agama Buddha. Dalam sejarah India belum pernah terdapat seorang raja
yang begitu luas kerajaannya seperti Asoka.
Diatas telah dikatakan, bahwa Asoka dengan resmi
memeluk agama Buddha. Akan tetepi rakyat pada umumnya masih setia kepada agama
Hindu, yang sudah berakar teguh dalam masyarakat sejak purbakala. Pandit-pandit
Brahma masih besar pengarunya kepada rakyat. Dalam keadaan demikian Asoka
mengeluarkan amanat supaya diantara agama-agama dan mazhab-mazhab haruslah ada
ikatan persaudaraan dan perdamaian, tiap-tiap agama merdeka dalam melakukan
kebaktian dan mendapat perlindungan yang sama dari raja. Pendidikan masyarakat
berdasarkan kepada pelajaran Buddha. Oleh sebab itu ia melarang membunuh yang
berjiwa, baik manusia maupun hewan. Orang yang melanggar peraturan itu
mendapatkan hukuman keras. Agama Buddha percaya bahwa manusia itu dalam
hidupnya melalui beberapa tingkat dan menjelma tiap-tiap kali dalam suatu jenis
makhluk. Penjelmaan itu ditentukan oleh karma, yang terdapat pada
tiap-tiap manusia, yaitu hasil dari segala perbuatan yang baik atau buruk. Oleh
karena itu manusia dan penjelmaannya tidak boleh dibunuh.
Dari segala-galanya nyatalah kemashuran Asoka
sebagai raja yang bijaksana, beragama, berpendirian atas kemanusiaan dan yang
mengakui hak-hak kemerdekaan dari semua agama. Mengingat kemashuran raja itu
sudah tentu banyak sekali terdapat cerita-cerita, kepercayaan-kepercayaan yang
ajaib tentang hidupnya dan yang masih terdengar sampai sekarang. Terutama di
Sailan, pusat agama Buddha, ia menghormati sebagai seorang manusia yang telah
mencapai penjelmaan Bodhisatwa.
Kerajaan Maurya rupanya dibawah pemerintahan Asoka
sudah sampai kepada puncak yang setinggi-tingginya. Setelah wafat kaum Brahma
yang merasa kedudukannya amat dibelakangkan ditengah-tengah masyarakat yang
berdasar pada filsafat Buddha mengajar rakyat sepaya melawan raja Dasaratha,
putra Asoka. Kerajaan Maurya mulai mundur dan terpisah-pisah. Akhirnya
keturunan Asoka hanya dapat mempertahankan sebagian dari kerajaan yang luas
itu.
Tahun 185
SM raja Maurya yang penghabisan Brihadrutha dibunuh oleh panglima
perangnya Pushyamitra Sunga yang sengaja merebut kuasa dari tangan raja yang
lemah itu untuk merebut kuasa dari tangan raja yang lemah itu untuk memperkuat
pwerlawanan terhadap musuh yang mengancam dari sebelah Baktria dan Turkestan
(bangsa Parthi).
Keturunan-keturuna Sunga memerintah 112 tahun
lamanya. Mula-mula raja Kalinga yang ditaklukan oleh Asoka dapat merebut
kerajaannya kembali, sehingga Pushyamitra terpaksa mengadakan perdamaian yang
mengurangi kuasanya. Raja-raja sunga tidak begitu menyukai agama Buddha, mereka
itu memihak kepada agama Brahma. Dalam pemerintahan Pushyamitra
kebiasaan-kebiasaan Brahma dihidupkan lagi. Yang ajaib adalah pengorbanan kuda
(asvamedha).
Raja Sunga penghabisan tidak berkuasa lagi,
malainkan menjadi boneka saja dalam tangan mentrinya Vasudeva, tang
akhirnya membunuh raja itu juga dan menjadi penggantinya. Keturunannya bernama Kanva.
Raja-raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan dig anti oleh raja-raja
Ardhra, terdiri dari 30 turunan dan memerintah hamper 250 tahun lamanya, sampai
tahun 225 SM.
II.
Kerajaan Gupta
Dalam abad yang ke 4 mulailah
cahaya bersinar kembali dalam sejarah India dengan timbulnya suatu kerajaan
baru, yaitu kerajaan Gupta. Seorang raja dari daerah yang kecil dekat
Pataliputra kawin dengan putrid Kumara-Dewi dari bangsa Lichchavi.
Dengan perkawinanya ia mewarisi daerah-daera baru, sehingga ia menguasai
seluruh lembah Gangga. Raja itu mengambil nama Chandragupta I, nama yang
sudah termashur dizaman purbakala. Ia memerintah dari tahun 320-330 M dan
diganti oleh putranya Samudragupta yang memrintah antara 330-375 M.
Raja ini terhitung salah satu
yang termashur diantara raja-raja India. Berhubungan dengan
peperangan-peperangan yang dilakukannya dan kemenengan-kemenangan yang
diperolehnya ia dapat dibandingkan dengan Napoleon. Samudragupta adalah
Brahmin yang setia kepada agama HinduTidak lama setelah raja itu dinobatkan ia
mulai memerangi kerajaan-kerajaan yang terletak disekitar kerajaannya dan
menaklukkan daerah yang dinamai sejak lama Hindustan dan kemudian daerah-daerah
disebelah Utara.
Akan tetapi negri-negri yang
diperangi itu tidak selurunya dapat dimasukkan dalam kerajaannya. Yang langsung
dibawah pemerintahannya ialah daerah Hindustan, sebagaian dari India Utara dan
India Tengah. Raja itu mengadakan perhubungan juga dengan Meghavarna,
raja Sailan yang beragama Buddha. Salah satu dari hasil perhubungan itu ialah
bahwa agama Buddha mendapat perlindungan dari Samudragupta dan raja itu
memberikan izin untuk mendirikan suatu wihara dekat pohon Bodhi di Gaya. Akan
tetapi raja itu tetap memperkuat pengaruh agama Hindu asli, misalnya dengan
menghidupkan kembali pengorbanan kuda liar.
Dibawah pemerintahan putranya Chandragupta
II Vikramaditya (375-415) kerajaan Gupta bertambah luas lagi. Keadaan
kerajaan amat makmur dan sentosa, pemerintahan dijalankan dengan bijaksana
selama 30 tahun dipegang oleh raja. Setelah raja wafat ditahun 415 kerajaan
Gupta lambat laun mundur, terutama oleh karena desakan bangsa Huna dari Utara
dan sikap raja-raja penggantinya yang tidak cakap. Diantara tahun 480-490 M,
jadi 70 tahun sesudah Chandragupta II wafat, kerajaan Gupta sudah mulai pecah belah.
Keturunan Gupta tetap tinggal memerintah hingga abad ke 8 akan tetapi hanya
sebagai raja-raja kecil saja di Maghada.[4]
III.
Daftar Pustaka
Molia¸ G, India: Sejarah Politik
dan Pergerakan Kebangsaan, Jakarta: Balai Pustaka Jakarta, 1959
http://puspitaati.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar